Agenda besar Pemilihan Rektor (Pilrek) UGM 2012 akan segera digelar. Pemilihan rektor direncanakan sekitar akhir April 2012. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa UGM (BEM KM UGM) berupaya agar pelaksanaan Pilrek periode 2012-2017 berjalan terbuka, “Kami ingin mahasiswa tahu mekanisme pemilihan rektor. Jangan sampai tiba-tiba saja terpilih rektor yang baru,” ungkap Giovanni Van Empel, Presiden Mahasiswa UGM.
Untuk itu, gerakan-gerakan yang bertujuan mengawal pelaksanaan pilrek mulai dilakukan; seperti diskusi antara lembaga-lembaga mahasiswa lingkup UGM yang berlangsung kamis (16/2) di University Club. Pertemuan ini merupakan ajang komunikasi BEM KM dengan BEM Fakultas, Unit Kegiatan mahasiswa, dan berbagai elemen mahasisiwa guna mengetahui aspirasi mahasiswa menyoal rektor ideal. Dalam forum tersebut, aspirasi disampaikan oleh berbagai elemen mahasiswa. “Kita ingin temen-temen se-UGM tahu calon rektornya,” kata Ian Praditya, ketua BEM fakultas Farmasi.
Selain forum diskusi, BEM KM akan mengadakan debat terbuka sebagai upaya peningkatan pemahaman mahasiswa mengenai para calon rektor dan penilaian kualitas rektor. Giovanni mengatakan, nantinya juga akan dilakukan pertemuan rutin setiap minggu untuk membahas persiapan mengawal pilrek.
Sejalan dengan gerakan BEM KM, BEM Fakultas juga sudah melakukan pengawalan isu Pilrek. Hamid Dimyati, ketua BEM FMIPA, mengatakan mereka sudah mewacanakan isu ini kepada mahasiswa di fakultasnya. Selain itu, BEM FMIPA juga selalu berkomunikasi dengan MWA, “Kebetulan salah satu dosen dari fakultas kami ada yang menjadi MWA. Kami mencoba untuk terus berkomunikasi agar mendapatkan informasi yang jelas,” ungkap Hamid. Bersamaan dengan itu, BEM Fakultas Farmasi, sejak Jumat (17/2), sudah menggencarkan publikasi berita-berita Pilrek sebagai pemantik, terutama melalui media elektornik.
Selain pengenalan terhadap rektor, persoalan lain menyangkut Pilrek adalah tertampung atau tidaknya aspirasi mahasiswa. Isu one man one vote yang sudah bergulir sejak pemilihan rektor tahun 2007 kurang digaung-gaungkan lagi. Menurut Ian, tidak semua mahasiwa antusias untuk memilih. Selain itu, one man one vote juga akan sangat menyulitkan pihak penyelenggara. “Mungkin jika diperbolehkan, dekanat akan menjadi penyalur aspirasi mahasiswa di komisi pemilihan,” kata Ian.
Hamid berharap agar pilrek kali ini tidak menjadi sebuah proses elitis. “Mahasiswa perlu tahu mekanismenya. Jangan hanya ujug-ujug langsung terpilih. Dan yang paling penting, suara mahasiswa juga harus diperhatikan,” jelas Hamid. Ian juga berharap, Pilrek akan berlangsung jurdil, transparan, damai dan harmonis. “Secara umum, saya ingin rektor yang pro mahasiswa, bisa lebih dekat dan care dengan mahasiswa,” tutup Ian. [Khairul Arifin, Linggar Arum S, Mega Fitriyani]
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkenan membaca hingga sini. Silakan tinggalkan komentar :)