Langsung ke konten utama

Mahasiswa Vokasi Kembali Menanti


Aksi mahasiswa Sekolah Vokasi (SV) UGM terkait tuntutan dibukanya program alih jenis kembali terjadi. Ini merupakan lanjutan dari aksi yang sebelumnya telah dilakukan pada Desember 2011. Jumat (13/1) pagi, puluhan mahasiswa kembali mendatangi Kantor Pusat untuk mengawal rapat pleno oleh para petinggi universitas. Mereka berharap hasil rapat tersebut bisa membuahkan keputusan yang memuaskan terkait tuntutan sebelumnya. Massa berkumpul di Bunderan UGM, diteruskan dengan long march menuju Kantor Pusat. Sekitar pukul 09.30 para mahasiswa telah sampai di gedung pusat, sementara itu di Balai Senat rapat telah dimulai.
Mahasiswa SV menuntut dibukanya program alih jenis serta perbaikan fasilitas dan akses beasiswa yang lebih terbuka. Namun setelah bernegosiasi dengan pihak rektorat, mereka memfokuskannya pada program alih jenis. Koordinator Advokasi Forum Komunikasi Mahasiswa Sekolah Vokasi (Forkomsi), Anissa Kristina, menyatakan, “Pengadaan fasilitas masih dalam proses, sedangkan untuk beasiswa menyesuaikan dengan keputusan mengenai alih jenis.”
“Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sudah mengizinkan adanya alih jenis bagi mahasiswa vokasi,” ujar Drs. Herman Legowa, M.Si., Ak., Ketua Forum Kepala Prodi (Kaprodi) SV. Untuk itu, diberlakukan kuota 100:1 (di mana dari seratus mahasiswa SV, hanya akan dipilih satu mahasiswa untuk mengikuti program alih jenis—red.) dan syarat IP. Menanggapi kebijakan tersebut, Anissa menyatakan mahasiswa SV masih menuntut agar alih jenis dapat berlaku bagi semua prodi, semua mahasiswa, dan dengan persyaratan yang tidak memberatkan mahasiswa.
Telah dikonfirmasi sebelumnya, aksi ini akan melibatkan seluruh mahasiswa SV dari semua jurusan. “Aksi ini akan diikuti oleh seluruh mahasiswa SV,  minimal perwakilan dari masing-masing jurusan,” ujar Anissa. Sementara itu, Rani dan Ayu, dua mahasiswa Kebidanan ’11, juga berpartisipasi. Sekalipun Kebidanan merupakan program D4, di mana mereka tidak membutuhkan program alih jenis, mereka tetap mengikuti aksi hari ini (13/1) sebagai solidaritas sesama mahasiswa SV. Dukungan juga datang dari segenap kaprodi SV; dibuktikan dengan kehadiran meraka dalam aksi serta ditundanya jadwal ujian bagi beberapa prodi.
Pihak rektorat belum memberikan keputusan pasti. Rapat pleno akan dilanjutkan pada bulan Februari. Sebelum itu, mereka akan membentuk tim yang terdiri atas Senat Akademik (SA) dan Pemimpin Universitas (terdiri dari rektor, dekan, dan direktur SV – red ) yang nantinya akan membahas lebih lanjut mengenai kelanjutan nasib alih jenis SV. Keputusan tersebut akan diumumkan maksimal pada bulan yang sama.
Namun demikian, bila kelak keputusan masih dinilai tidak sesuai, mahasiswa SV akan kembali mengajukan tuntutan. “Apabila keputusan rektorat tidak sesuai keinginan atau ada pihak yang dirugikan, Forkomsi sebagai perwakilan mahasiswa akan mengajukan surat tuntutan,” jelas Anissa. Surat tersebut direncanakan akan ditandatangani minimal oleh 100 wali mahasiswa. Selain itu, mereka akan melayangkan surat pengaduan dan tuntutan kepada Sultan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). [Dian Puspita, Linggar Arum]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau deng

Angka-angka dan pencapaian

Photo by Kiki Siepel on Unsplash Ide tulisan ini awalnya terinspirasi dari Mbak Puty dan postingan Ko Edward .   Membaca kedua tulisan itu, membuatku berefleksi pada hubunganku dan angka-angka serta pencapaian.   Aku, jujur aja takut sekali dengan parameter kesuksesan berupa angka. Si anak marketing yang takut melihat target angka. Sebuah ironi yang tidak pada tempatnya.   Hal itu bukan hanya target terkait pekerjaan namun juga terkait dengan kehidupan personal. Aku takut melihat angka di timbangan, tidak pernah berani mematok ingin memiliki berapa banyak penghasilan, tidak berani menarget angka yang terlalu besar untuk tabungan, tidak berani mematok target tanggal pernikahan meskipun membaca banyak testimoni yang bilang sukses menerapkan strategi ini ahahaha (iya, menikah masih jadi salah satu hal dalam bucket list -ku). Dan daftarnya bisa kuteruskan panjang sekali tapi nggak perlu, karena too much information dan akan jadi kalimat yang terlalu panjang.   Tapi hidup