Langsung ke konten utama

Langkah Awal Konsolidasi BEM se-UGM


Bertempat di University Club (UC) UGM, beberapa ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-UGM duduk bersama untuk membahas nasib gerakan organisasi mahasiswa UGM selama satu tahun ke depan. Minggu (1/4) siang itu, mereka datang atas undangan BEM Keluarga Mahasiswa (BEM KM) sebagai wujud pelaksanaan Forum Konsolidasi Ketua Lembaga Se-UGM. Selain membahas nasib gerakan organisasi mahasiswa, forum ini juga bertujuan menentukan sikap BEM Se-UGM terhadap isu-isu nasional saat ini. Dari delapan belas fakultas yang ada di UGM, lima belas perwakilan fakultas hadir dalam lokakarya tersebut—di luar Fakultas Psikologi, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Filsafat.
Pukul 13.00, Presiden BEM UGM, Giovanni van Ampel, mengawali diskusi dengan memaparkan program kerja BEM KM selama satu tahun ke depan. Pertama, BEM berencana menghapus ospek universitas yang pada tahun 2011 dilakukan selama satu hari. Kedua, pada Dies Natalis  UGM selanjutnya BEM hendak merangkul partisipasi mahasiswa. Giovanni menilai selama ini Dies Natalis UGM hanya dirayakan oleh rektorat saja. “Selain itu, BEM akan fokus pada Kenaikan Harga BBM serta isu kebijakan energi,” terang Giovanni.
Sesi kedua dilanjutkan dengan pemaparan program tahunan dan skema gerakan dari masing-masing Ketua BEM Fakultas. Mereka juga menjabarkan permasalahan internal dan eksternal universitas (nasional). Sebagian perwakilan fakultas turut membahas Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi (RUU-PT), dan berniat mengawal janji-janji rektor selain isu-isu yang berkaitan dengan fakultas mereka. “Kami siap menagih janji-janji rektor terpilih,” ujar Ketua Dewan Mahasiswa Justicia, Muhammad Gibran Sesunan.
Pada kesempatan ini, perwakilan BEM Fakultas turut menyampaikan kritik dan sarannya kepada BEM KM. BEM Fakultas berharap agar hubungan antara BEM KM dengan BEM Fakultas terjalin secara lebih sinergis. “Gerakan kolektif harus muncul dari bawah bukan dari atas,” kata Muhammad Zaki Arrobi, Ketua Keluarga Mahasiswa Sosiologi
‘12. Penyampaian harapan ini terkait juga dengan keputusan sepihak BEM KM untuk keluar dari BEM Seluruh Indonesia.
Diskusi dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kenaikan harga BBM dan permasalahan RUU-PT. Sesi ini dipimpin oleh Muhammad Reza S. Zaki, Menteri Eksternal BEM KM UGM. “Dalam waktu dekat ini BEM akan lebih fokus pada RUU PT karena partai oposisi yang dipimpin oleh Yusril Izza Mahendra sudah dirasa cukup untuk mengawal isu kenaikan BBM,” ujar Zaki. Ia menambahkan ada beberapa agenda yang akan dilaksanakan BEM KM terkait isu tersebut. Salah satunya dengan membuat mailing list (milis) sebagai sarana bertukar pikiran dengan fakultas untuk membahas rancangan terbaru RUU-PT. Selain itu BEM juga berkeinginan untuk mengubah RUU-PT menjadi Peraturan Pemerintah (PP). Untuk itu, BEM akan mengadakan konsolidasi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta eskalasi nasional ke Jakarta. BEM juga menginginkan agar Undang-Undang Minyak Bumi dan Gas dapat dikoreksi secepatnya.
Diskusi ditutup pada pukul 16.30 WIB dengan menyanyikan Himne UGM dan melakukan foto bersama dengan seluruh perwakilan fakultas. Bila memungkinkan, BEM akan mengadakan rapat konsolidasi lanjutan bersama BEM Fakultas sebagai tindak lanjut rapat tersebut. Pekan depan, pertemuan akan diadakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Lebih sering saja diadakan acara seperti ini untuk memperkuat hubungan antara BEM KM dengan BEM Fakultas,” komentar Ketua BEM Fakultas Teknik, Yanuar Rizki Pahlevi. [Danny Izza, Linggar Arum]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas ...

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau ...

Ringkasan Perpindahan-perpindahan di Tahun 2017

Tahun 2017, secara garis besar masih sama seperti tahun lalu. Temanya masih pindah. Kalau tahun lalu, perpindahan dimulai dari resign dari pekerjaan parttime di awal tahun. Lalu, pindah dari status mahasiswa jadi pengangguran lalu jadi pekerja. Pindah-pindah dari satu freelance satu ke freelance yang lain. Hingga di akhir tahun, dapat perkerjaan yang bikin jalan-jalan ke 5 kabupaten selama sekitar 3 bulan. Awal tahun, punya pekerjaan baru. Pindah habitat, dari Jogja ke Jakarta. Beradaptasi hingga akhirnya harus berdamai pada banyak sekali hal baru. Berdamai hidup sendiri. Berdamai dengan lingkungan baru yang sama sekali asing. Dan mungkin yang paling berat, berdamai dengan masalah-masalah baru yang sebelumnya seakan tidak pernah ada. Pindah dari Jogja ke Jakarta adalah satu hal. Pindah dari sekamar sendiri jadi sekamar kos berdua adalah hal lain. Lalu pindah ke kontrakan dengan 4 orang di dalamnya adalah hal yang lain lagi. Soal kerjaan, meski ada di satu perusahaan yang sama...