Langsung ke konten utama

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat. 

Dari atas Pantai Karang Bolong

Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja.

Angkot silver Krenceng-Labuan PP

Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau dengan angkot tersebut. Rencananya kami akan menikmati senja di Pantai Karang Bolong namun karena waktu sudah menunjukan pukul 17.15 kami memutuskan berhenti di losmen terlebih dahulu karena belum salat asar. Kami menginap di Losmen Papatku 3, yang terletak di Pantai Pasir Putih Sirih. Jadilah kami memutuskan menikmati senja dari Pantai Pasir Putih Sirih. Alhamdulillah, meski sedikit mendung, rona merah khas senja bisa kami nikmati.

Senja dari Pasir Putih Sirih

Pantai Pasir Putih Sirih menjadi satu dengan Pantai Karang Meong. Garis pantainya cukup panjang sehingga menyuguhkan pemandangan dan kegiatan yang beragam. Sayangnya, sore itu sedang ada buaya yang terlepas sehingga kami tidak bisa leluasa mengeksplor. Sebenarnya buaya itu cukup jauh dari bibir pantai tapi seorang penduduk lokal (?) terus berteriak "neng... neng..." dengan panik yang membuat kami sangat tidak nyaman. Kzl bgt dah sama tu bapak.

Losmen Papatku 3, tampak dari jalan

Tampak depan kamar tempat kami menginap


Setelah dari pantai, kami kembali ke penginapan. Losmen Papatku 3 berada di luar Pantai Pasir Putih Sirih namun tidak jauh. Kami menginap di kamar nomor 1, seharga 275 ribu rupiah semalamnya. Kamarnya cukup besar mengingat kami berempat. Springbednya juga cukup nyaman untuk digunakan untuk tidur berempat. Di kamar terdapat AC, TV, disediakan handuk, selimut, sampo, sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Selain itu kami juga mendapat 2 kupon sarapan. Sebenarnya, cukup memuaskan fasilitas yang disediakan dibanding harganya. Sayangnya, dari kamar mandi mengeluarkan bau yang tidak sedap dan yang paling parah di hari Minggu pagi airnya mati dan ada banyak semut. Huft sekali.


Pagi di Pantai Pasir Putih Sirih, what a peaceful view :)

Hari Minggu pagi, kami berjalan menuju pantai sekitar pukul 5.30. Masih ada sedikit semburat merah sisa terbitnya matahari. Area berenang sudah cukup ramai dengan pengunjung.


Salah satu perahu wisata di Pantai Pasir Putih Sirih


Odi, Bibi dan Dita nyemplung dan bermain air dengan gembira, sementara aku memilih duduk di pinggir pantai sambil foto-foto. Tak berselang lama, mereka mengajak untuk naik perahu. Ternyata ada warga sekitar yang menyewakan perahu wisata. Setiap penumpang dikenai tarif 10 ribu. Katanya harga penglaris karena masih pagi, biasanya 15-20 ribu. Dengan tarif itu kita diajak untuk agak ke tengah laut lalu kembali lagi ke Pantai Pasir Putih Sirih. Lumayan lah, menikmati segarnya angin laut dan pagi dari atas perahu. Selesai naik perahu, kami kembali ke penginapan untuk mengambil sarapan dan bersiap ke Pantai Karang Bolong.

Paket menginap di Losmen Papatku 3 juga termasuk 2 kupon sarapan dan tiket masuk Pantai Pasir Putih Sirih gratis. Nah, 2 kupon sarapan yg sudah kami nantikan ini ternyata harus ditukar di Saung Papatku yang jaraknya cukup jauh dari tempat kami. Karena kami mengandalkan angkot maka jadilah kupon sarapan tersebut tidak kami ambil melainkan langsung ke Pantai Karang Bolong.

Pantai Karang Bolong dari atas


Seperti namanya, di pantai ini kita bisa menemukan satu lubang besar di karang yang dari situ kita bisa melihat lautan luas. Selain spot karang berlubang alias karang bolong tersebut kita juga bisa naik ke atas karang tersebut dan menikmati lautan luas dari atas ketinggian. Menurut sebuah blog yang kami baca sebelum berangkat, Pantai Karang Bolong adalah spot terbaik untuk menyaksikan senja. Sayang sekali, kami tidak berkesempatan menikmati senja di Pantai Karang Bolong karena kesiangan ketika berangkat dari Stasiun Tanah Abang. Jika betul-betul ingin menikmati senja di Pantai Karang Bolong setidaknya harus berangkat naik kereta 09.35 dari Stasiun Tanah Abang. Untuk masuk ke Pantai Karang Bolong tiketnya 15 ribu rupiah. Cukup mahal ya. Tapi worth it kok dengan banyaknya spot yang bisa dieksplor di sini.

Karang yang bolong. Mungkin inilah mengapa pantai ini diberi nama Karang Bolong


Setelah sekitar 2 jam di Pantai Karang Bolong, setelah sudah cukup basah dan waktu sudah mepet untuk kami check out maka kami kembali ke penginapan. Beres-beres dan langsung check out.

Happy us!


Kami rencananya mengejar kereta pukul 15.45 dari Stasiun Krenceng. Karena masih ada waktu kami mampir ke Menara Suar Cikoneng. Selain ada menara ini, kita juga bisa ke wisata sejarah di titik nol. Sayangnya, di menara ini pengunjung hanya diizinkan untuk naik hingga lantai 2.

Kunjungan kami ke Menara Suar Cikoneng tidak lama. Setelah dari sana kami langsung bersiap ke Stasiun Krenceng dan kembali ke Jakarta. Kami tak mau jika sampai ketinggalan kereta.


Tiket KRL Tanahabang-Rangkasbitung PP: Rp 16000
Tiket Kereta lokal Rangkasbitung-Krenceng PP: Rp 6000
Angkot Krenceng-Pasir Putih Sirih: Rp 15000
Angkot Pasir Putih Sirih-Karang Bolong: Rp 4000
Losmen: Rp 275.000

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas

Angka-angka dan pencapaian

Photo by Kiki Siepel on Unsplash Ide tulisan ini awalnya terinspirasi dari Mbak Puty dan postingan Ko Edward .   Membaca kedua tulisan itu, membuatku berefleksi pada hubunganku dan angka-angka serta pencapaian.   Aku, jujur aja takut sekali dengan parameter kesuksesan berupa angka. Si anak marketing yang takut melihat target angka. Sebuah ironi yang tidak pada tempatnya.   Hal itu bukan hanya target terkait pekerjaan namun juga terkait dengan kehidupan personal. Aku takut melihat angka di timbangan, tidak pernah berani mematok ingin memiliki berapa banyak penghasilan, tidak berani menarget angka yang terlalu besar untuk tabungan, tidak berani mematok target tanggal pernikahan meskipun membaca banyak testimoni yang bilang sukses menerapkan strategi ini ahahaha (iya, menikah masih jadi salah satu hal dalam bucket list -ku). Dan daftarnya bisa kuteruskan panjang sekali tapi nggak perlu, karena too much information dan akan jadi kalimat yang terlalu panjang.   Tapi hidup