Langsung ke konten utama

Aksi Kecam Pemikiran Irshad Manji


Aksi menolak kedatangan Irshad Manji di Jakarta dan Solo juga terjadi di Yogyakarta. Rabu (9/5) pagi massa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Jogja Peduli Moral Bangsa (AGJPMB), yang terdiri dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus, Jama’ah Shalahuddin, SKI se-UGM, KAMMI, #IndonesiatanpaJIL, PII, dan Jarmusda. Massa menyampaikan orasinya di depan Gedung Sekolah Pasca Sarjana  UGM. “Tolak Pemikiran Feminis Liberal” terpampang dalam papan-papan tuntutan mereka. Atas nama jihad, mereka menolak pemikiran feminis liberal ala Irshad Manji. Secara bergantian perwakilan dari masing-masing elemen memimpin orasi.
Massa mulai melakukan orasi pukul 08.30, bertepatan dengan diskusi yang akan diadakan oleh Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS) yang mengundang tokoh feminis tersebut. Rencananya diskusi ini akan membedah buku Irshad Manji yang baru berjudul “Allah, Liberty and Love”.
Pemikiran Irshad Manji dianggap menyesatkan, bukan saja bagi umat Islam namun juga bagi masyarakat Indonesia. Dalam press release yang dikeluarkan oleh AGJPMB, pemikiran Irshad Manji dianggap menghina agama, Al-Quran, dan nabi. Selain itu, pemikiran Irshad tidak sesuai dengan hukum dan budaya bangsa serta perilakunya yang homoseksual dikhawatirkan akan membawa dampak negatif.  Itulah alasan mengapa aliansi ini menolak kedatangan dan pemikirannya.
Sementara massa berorasi, Irshad Manji yang telah tiba di Gedung Pascasarjana menuju ke lantai tiga untuk memulai diskusi. Tapi yang terjadi adalah konferensi pers singkat yang menyatakan, diskusi dibatalkan. Menurut CSCR, pihak rektorat membatalkan karena alasan keamanan. Setelahnya, Irshad Manji keluar melewati kerumunan massa dengan mengendarai mobil hijau tanpa pengamanan. “Para demonstran terlihat tidak menyadari kepergian Irshad”, ujar Haryadi selaku Petugas SKKK. Lima perwakilan dari demonstran ditugaskan untuk memantau dan memberi informasi apakah diskusi jadi dilaksanakan atau tidak. “Mereka juga bertugas melobi pihak-pihak terkait dalam upaya membatalkan diskusi tersebut,” ujar Harmoko Anggriawan selaku koordinator lapangan.
Setelah dibatalkannya diskusi pagi itu, satu per satu demonstran meninggalkan tempat demonstrasi. Salah satu demonstran kecewa karena telah terjadi jual beli buku Irshad di depan ruang diskusi. Dengan pengawalan tak kurang dari lima puluh personel aparat keamanan, aksi yang berlangsung sampai pukul 10.00 ini berlangsung tertib.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga menggelar aksi serupa di Bunderan UGM. Setidaknya 150 orang turut berpartisipasi dalam aksi pagi itu. Seperti halnya aksi di Gedung Pascasarjana, massa HTI juga menolak pemikiran Irshad Manji. Mereka juga mengkhawatirkan dampak dari kedatangan dan pemikiran Irshad Manji.
Salah satu peserta diskusi menyatakan kekecewaannya karena batalnya diskusi tersebut. “Irshad Manji datang kesini hanya untuk diskusi bukan mengindoktrinasi,  kalau memang ingin melawan pemikiran hendaknya dilawan juga dengan pemikiran”, ujar Anggun Intan mahasiswa PSdK’11. Seperti dilansir dalam website crcs.ugm.ac.id,  tidak seharusnya universitas menutup pintu diskusi karena dikhawatirkan justru akan meningkatkan ancaman kekerasan.[Danny Izza, Linggar Arum, Marissa Kuncaraning Probo]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas ...

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau ...

Stand Up Comedy: Menertawakan Diri Sendiri*

Ia anak rumahan. Meski aktif di sebuah unit kegiatan mahasiswa, perputaran kehidupannya memang lebih banyak di rumah. Dari umur empat puluh hari hinggga kini lebih dari 20 tahun, ia tinggal di rumah. Di dalam rumah, tak ada banyak identitas yang bisa ditemui. Ditambah lagi, ia tinggal di desa yang punya komposisi nyaris homogen, semua penduduknya Islam dan Jawa. Kampus hanyalah tempat singgah apalagi belakangan UGM lebih banyak didominasi mahasiswa Pulau Jawa. Di kelasnya, hampir separuh mahasiswa, adalah penduduk DIY dan Jateng. Media, bagaimana pun adalah arena kontestasi, termasuk di dalamnya mempertentangkan identitas sebagai bagian dari kekuasaan. Di televisi, olok-olok pada mereka yang punya logat kental Ngapak dimulai, juga pada mereka yang Madura, Batak, dan stigmatisasi pada mereka yang berkulit gelap dari belahan Indonesia Timur. Termasuk stigmatisasi pada para difabel. Suatu malam, yang saya lupa tepatnya, dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji seorang pemeran denga...