Langsung ke konten utama

JTM 16: Kenang-kenangan #3 #latepost


                Rasanya antusias sekali memulai tulisan ini. Ini adalah penutup rangkaian tulisan seputar KKN yang saya janjikan terdahulu. Sebuah ode, didedikasikan untuk 24 orang luar biasa yang menemani saya selama dua bulan luar biasa di Pangpajung.

Selamat Lebaran dari keluarga besar JTM 16 (fdalam foto ini kurang Tyo dan Yudith yang keduanya pulang kampung ke Sidoarjo)

                Pertama, terima kasih dan puji syukur kepada Allah SWT yang menempatkan saya bersama mereka semua. Tanpa takdir-Nya yang luar biasa, menjodohkan kami semua maka kisah indah ini tak akan pernah terjadi. Tanpa sifat kasih sayang-Nya yang diteteskan pada hati masing-masing kami, tidak akan mungkin kami bisa saling menerima kurang dan lebihnya masing-masing pribadi yang baru sama sekali dan hidup bersama dalam harmoni selama dua bulan.
                Awalnya, adalah sebuah kecelakaan yang direncanakan oleh-Nya saya bisa berada di tengah mereka semua. Suatu siang, Nisa[i] cerita ia sudah mendaftar pada kelompok KKN Madura, dengan alasan super duper sederhana, karena berada di Bangkalan yang dekat dengan makam Kyai Kholil Bangkalan, tempatnya ingin berziarah. Saya yang tak begitu paham, hanya ber-oh ria dan mengiyakan. Sementara saya sendiri masih bingung mau KKN ke mana, pikir saya, toh masih bulan-bulan awal semester 6, waktu itu, masih terlalu dini untuk mengikatkan diri.
                Di sisi yang lain, ada Fadel[ii] yang super duper kepengin untuk KKN di tapal batas negeri. Ia sempat mengajak saya dan Nisa KKN ke Miangas, ujung utara Indonesia. Di kesempatan lain, ia tergoda untuk bergabung bersama KKN Natuna yang ternyata kuota untuk klaster soshum sudah penuh. Singkat cerita, ia menemukan koneksi untuk mencoba KKN di sebuah desa yang terletak di Pulau Sebatik, perbatasan Indonesia dan Malaysia. Lagi-lagi singkat cerita, Nisa memutuskan hengkang dari KKN Madura dan menemani Fadel membuat proposal yang berakhir anti klimaks[iii] lalu saya memutuskan untuk menggantikan tempatnya di KKN Madura.
                Orang pertama yang saya kenal di KKN Madura adalah Ratri, mahasiswa F. Geografi yang menjadi narahubung kelompok ini. kepadanya, pertama kali saya mengajukan diri bergabung. Alasan akhirnya memilih Madura, sederhana sih, pertama desa tempat KKNnya di pinggir laut. Kedua, karena sudah lain pulau maka punya budaya yang berbeda, bahasa Madura sangat berbeda dengan bahasa Jawa.
                Setelah melalui Ratri, saya diajak kumpul KKN untuk pertama kalinya. Kalau tidak salah ingat, mengambil tempat di KPFT. Samar-samar saya ingat, kumpul pertama itu ada beberapa orang yang saya yang hadir, Dwi, Fifi, Hera, dan Ramdhan dan entah siapa lagi. Rapat-rapat selanjutnya, saya tidak ingat lagi siapa saja yang saya temui, salah satu alasannya karena saya sendiri jarang bisa datang karena pekerjaan yang serabutan.
                Kesan yang saya tangkap dari beberapa kali pertemuan itu, saya sendirian. Sendirian dari Fisipol. Hanya satu dari tiga orang dari kluster sosio humaniora (soshum). Saya tidak kenal pada siapa pun dari kelompok ini sebelumnya sementara, kawan yang lain sudah saling terhubung sebelum ikut KKN ini, seperti kawan seorganisasi atau teman kos. Oh ya, KKN ini embrionya adalah KSF yang tergabung dalam PPMBR. Maka lengkap sudah kesendirian itu. Dan itu adalah momok terbesar, menciptakan ketakutan yang saya kenal betul, ketakutan memulai. Saya takut bila tidak bisa memulai, gagal bersosialisasi, dan tetap sendiri hingga akhir KKN.
                Singkatnya, tanggal 10 Juli 2014, sehari pasca pilpres, sekitar pukul 10 pagi kami berangkat menuju Desa Pangpajung dari Grha Sabha Pramana, UGM. Menggunakan bus tanggung tanpa bagasi sehingga kami harus berdesakan bersama barang bawaan sehingga –ehem –sampai agak susah nafas[iv] apalagi saya duduk persis di belakang gunungan koper yang menutupi pintu tengah. Sampai di rumah pondokan sekitar pukul 11 malam.
                Kami segera menurunkan barang bawaan, memasukkan dalam kamar dan memilih tempat tidur. Kamar kami sangat luas, memanjang. Cukup luas untuk menampung 16 orang ciwi-ciwi[v] di dalamya. Mari saya sebutkan satu per satu menurut formasi tempat tidur terakhir.
                Mbak Nungki, ukhti sholihah yang rajin membangunkan Salat Subuh, terima kasih mbak. Terima kasih untuk memberikan pencerahan di malam itu ketika kita membahas takdir dan jodoh, hehe. Terima kasih banyak berbagi ilmu soal menjadi ibu yang baik *ups. Sebagai sesama orang Bantul, kita bisa saling memahami bahasa yang katanya aneh haha. Partner masak-masak yang handal. Semoga bisa ketemu lagi dalam keadaan yang lebih baik. *peluk*
                Putri, dia adalah manusia yang punya semangat berlebih jadi bisa dibagi ke orang-orang di sekelilingnya.  Semangatnya, cerianya, dan kepolosan Putri kadang bikin geli. Dia adalah seorang yang juga penikmat buku. Oh ya, agak bingung sebenarnya mau menuliskan Putri di sebelah mana karena tidurnya nomaden, hehe. Kita harus hunting buku bareng Put.
                Mbak Anis, aduh si mbak yang satu ini. Seingetku, ini anak yang dari pertama kenal mau mengajak bicara banyak. Ceriwis, seru, dan asyik. Ini partner banget juga di sub unit. Terima kasih byanget udah ngopeni aku dua bulan di Madura. Darinya, aku mendapat banyak kosa kata baru salah satunya “biyanget”.
                Dini, awalnya sih pendiem. Sebagian besar anak KKN emang awalnya pendiem sih tapi lama-lama yang gitu deh. Mungkin memang tidak ada orang yang sepenuhnya pendiam, mereka mungkin hanya perlu orang yang tepat untuk diajak bicara. Kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah... sipit. Hehe.
                Fifi. Duh Fi, kamu tinggi banget, di deketmu, aku kecil banget haha. Kata orang dia manja, dia sendiri juga cerita gitu tapi sepengamatanku malah biasa aja sih. Kawan sesub unit yang menyenangkan.
                Ivone. Ini anak aluuuuuuussss banget kalau ngomong. Hati-hati dan ngga ceplas-ceplos, kebalikan dari Mbak Anis, hehe. Cantik dan baik. dia termasuk orang yang pendiemnya bukan semata pencitraan haha.
                Ami. Karena ga terlalu sering berinteraksi jadi agak susah mendeskripsikan, hehe. Mbak Ami, baik pokoknya sip.
                Nita. Tetep ini punya selera humor yang bagus. Peduli sama orang lain. Maaf ya teh, waktu itu aku nanya “kamu masuk angin?” padahal kamu lagi ada musibah. Maaf ya, ga tau.
                Ratri. Seru banget. Lucu. Ini dia humas top.
                Dwi. Perempuan yang manis, dewasa dan keibuan. Sayangnya, itu cuma covernya haha kalo di kamar sih, ampun deh. Dia ini pinter banget personal brandingnya, sayang belum sempet belajar. seneng banget Wik, bisa jadi tetangga kamarmu. Karena dia mahasiswa psikologi, beberapa kali aku meminta nasihat dan sarannya. Terima kasih, terima kasih banyak.
                Ifa. Tetangga kamar di sisi yang lain. Si cantik dengan banyak fans ini *ups orangnya rapi banget. Di deket dia, kamarku keliatan super berantakan. Teman curhat yang asyik. Punya selera film dan buku yang bagus.
                Sebelahnya Ifa, adalah miss rapi. Namanya Ana. Dia juga cantik. Ana ternyata ceplas-ceplos juga padahal awalnya pendiem. Pada malam awarding, dia paling banyak menang. Untuk kategori ternyuci, terempong, terapi ia berhasil menggondong medalinya. Dan satu medali tambahan sebagai hadiah karena di paling banyak menang.
                Hera. Pribadinya yang percaya diri membuat dia shining. Presenter handal yang punya suara merdu ini ternyata galauers haha. Dia adalah salah seorang yang selalu bikin pondokan rame dengan banyolan-banyolannya.
                Siti. Ini dia partnernya Hera. Dia sangat tertutup atau aku yang tidak pandai membuka obrolan, entahlah. Rumahnya deket pondokan sehingga kadang keluarganya mengirimi kami makanan, hehe. Misalnya suatu hari di Bulan Ramdhan kami dikirimi kolak, atau pada lebaran ketupat kami ke rumahnya. Terima kasih, mau membagi kehangatan keluargamu untuk kami yang jauh dari rumah.
                Last person, but not least adalah Yudith. Meskipun keliatan rame, dia malah agak pendiem menurutku. Perempuan tangguh ini diamanahi menjadi Kabid kesehatan.
                Terima kasih gals sudah membuat malam dan siangku di kamar menjadi menyenangkan. Terima kasih sudah ngopeni aku, mengingatkan salat, makan, dan istirahat. Maaf, ada banyak kata dan perbuatanku yang tidak berkenan atau malah melukai. Maaf. Peluk satu-satu.
                Selain mereka, ada sembilang orang yang menghuni kamar di depannya. Merekalah cuwu-cuwu[vi]. Karena aku ga tau urutan tidur mereka maka urutannya dibuat random aja, seingetku.
                Ramdhan. Kormanit moody sedunia. Kalau sedang good mood, dia asyik. Lucu. Sebaliknya, bila sedang bad mood, ahsudahlah.
                Tyo. Kormasit moody sedunia. Dia berdua sama Ramdhan kadang kompakan ga mood. Bisa saling mendiamkan dan membuat suasana sub unit jadi menyebalkan. Cowok paling ceriwis. Selera humornya kelewat bagus sampai segala hal dibercandain padahal ga semua pantas jadi objek bercandaan. Aku inget banget quotemu ini “amanah tidak pernah salah memilih pundak”.
                Danial. Pencitraanmu gagal Mas. Awalnya keliatan dewasa dan berwibawa. Ternyata eh ternyata. Kocak juga anak satu ini.
                Tias. Iya dia laki-laki kok, cuma namanya memang kayak perempuan. Kocak banget mister tedung[vii] ini padahal awalnya pendiem parah. Ahli motret dan desain meski kuliah di peternakan.
                Finny. Ini juga laki-laki. Dia sering dipanggil Ahok. Dia adalah lawan debat yang seimbang untuk Luthfi.
                Luthfi. Dia ini agak saklek, terutama dalam beragama. Hanya Finny yang bisa mendebat dengan setara.
                Perdana. Teman ngobrol yang cukup menyenangkan coba kalau lebih peka hehe. Jelajah Gelanggang kemarin dateng ga? Jangan sampai lulus tanpa pernah menginjakkan kaki di Gelanggang ya Dan.
                Dana. Alumni TN yang hobi dengerin lagu mars. Karena fisiknya yang besar dan terlihat kuat, dia spesialis perkap selama KKN sampai dia sendiri bilang bosen jadi anak perkap.
                Ilham. Kamu harus tau ya Ham, gara-gara minder sama IPKmu, aku ngulang dua makul. Salut Ham sama perjuanganmu. Terima kasih, mengajari kami semua untuk tidak lupa bersyukur dari ceritamua yang dituturkan oleh Bapak Sekretaris Kagama Jatim-yang-aku-lupa-namanya.
                Huaaaaahhh. Panjang banget tulisan ini. Huft finally. TERIMA KASIH BANYAAAAAAKKKK SEEEKKAAALLIII telah menerimaku menjadi bagian dari keluarga besar ini. terima kasih banyak kalian membuat ketakutanku tidak terjadi. Di akhir KKN, aku punya temen kok. Kalian temenku kan? Haha. Semoga jawabannya iya.
                Allah memang menempatkan seseorang sesuai dengan kadarnya ya. Di kelompok ini, ada orang yang mau ngerokin kalau tetiba masuk angin. Di kelompok ini, aku ga harus malu kalau males mandi karena banyak temennya haha. Dan Allah mengirim mereka kayaknya untuk menegurku untuk makin rajin kuliah haha, meski mereka hampir semua dari komplek saintek tapi IPKnya luar biasa, makanya aku malu hihi.
                Dan terakhir. Terima kasih banyak untuk Pak Rohman sekeluarga yang melimpahi kami semua kasih sayang sebagaimana di rumah. Pak Rohman dan Ibu, menjaga dan membantu kami semua seperti pada anak-anaknya sendiri. Terima kasih juga untuk Mbak Halimah yang selalu menyuplai makanan enak. Resepnya Mbak Halimah kapan-kapan aku bagi deh kalau sudah sempat praktik hehe.
                Terima kasih, terima kasih banyak. Tanpa kalian semua, KKN akan berlalu minim cerita. Bersama kalian, kita membuat ikatan keluarga. Dari kalian, aku banyak belajar tentang keteguhan, mimpi, kerja keras, amanah, tanpa harus lupa caranya tertawa.
                Kami kembali ke Jogja tanggal 30 Agustus. Diiringi tangis dari sebagian warga. Rasanya tidak menyangka bahwa kecelakaan itu berbuah manis. Ketakutan tidak punya teman itu tidak terjadi karena nyatanya aku merasa sepulang KKN punya keluarga baru malah. Sayangnya, sepulang ke Jogja ada begitu banyak tenggat yang harus secepatnya dipenuhi sehingga tidak seperti banyak kawan lain, aku justru terpaksa harus segera move on dari KKN. Meski rasa haru dan bahagia itu, selalu tersimpan rapi. Di sini.

Post scriptum: kapan kita ketemu lagi?
               
Bungkusan kenangan dari Madura itu dibuka,
inilah hasilnya.
Bantul,
24 September 2014



[i] Nisa, kawan sekelas yang nomor presensinya persis di atas saya, salah satu dari dua orang yang saya hafal NIMnya sebaik saya hafal NIM saya sendiri, saking seringnya jadi teman sekelompok mengerjakan tugas mata kuliah apa pun, dari semester satu sampai sekarang. Kawan seorganisasi juga sedivisi. Seorang sahabat.
[ii] Fadel, juga seorang kawan sekelas. Lawan dan kawan berdiskusi yang menyenangkan. Ia nampaknya sedang berjuang menguatkan semangat pluralisme dan toleransi di Indonesia melalui tulisan-tulisannya di berbagai media.
[iii] Proposal mereka selesai dikerjakan pada hari terakhir deadline pengumpulan namun sayangnya, sang dosen lupa password untuk upload proposal tersebut. Hingga akhirnya proposal itu gagal upload. Padahal, di grup KKN 2014, thread KKN Sebatik dikomentari oleh hampir 70an orang. Akibatnya, Fadel KKN di Denggung, Sleman dan Nisa ke Bojonegoro, haha.
[iv] Deskripsi agak lebay biar dramatis, haha.
[v] Panggilan sayang untuk para perempuan di unit kami. Awalnya kedengaran iuh banget tapi karena terbiasa jadi malah berasa unyu gitu. Haha.
[vi] Panggilan akrab untuk para laki-laki di unit kami.
[vii] Dia memenangkan award untuk kategori tertedung. Tedung dalam bahasa madura artinya tidur. Translitersi sesuai pengucapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau deng

Angka-angka dan pencapaian

Photo by Kiki Siepel on Unsplash Ide tulisan ini awalnya terinspirasi dari Mbak Puty dan postingan Ko Edward .   Membaca kedua tulisan itu, membuatku berefleksi pada hubunganku dan angka-angka serta pencapaian.   Aku, jujur aja takut sekali dengan parameter kesuksesan berupa angka. Si anak marketing yang takut melihat target angka. Sebuah ironi yang tidak pada tempatnya.   Hal itu bukan hanya target terkait pekerjaan namun juga terkait dengan kehidupan personal. Aku takut melihat angka di timbangan, tidak pernah berani mematok ingin memiliki berapa banyak penghasilan, tidak berani menarget angka yang terlalu besar untuk tabungan, tidak berani mematok target tanggal pernikahan meskipun membaca banyak testimoni yang bilang sukses menerapkan strategi ini ahahaha (iya, menikah masih jadi salah satu hal dalam bucket list -ku). Dan daftarnya bisa kuteruskan panjang sekali tapi nggak perlu, karena too much information dan akan jadi kalimat yang terlalu panjang.   Tapi hidup