Kadang setelah kita lelah
berlari, kita jenuh dan berhenti sejenak untuk tau apa rasanya berhenti.
Sembari menghitung sudah seberapa jauh langkah kita. Juga bertanya, apakah lari
telah membawa tujuan lebih dekat? Atau selama ini, kita hanya berputar-putar pada
satu titik hingga lelah dan jenuh.
Kadang juga, di titik
pemberhentian itu kita jadi belajar menghayati apa saja yang terjadi selama
berlari. Mungkin tersendung, mungkin terengah, mungkin melihat pemandangan
indah, mungkin bertemu kawan yang setia, atau apa saja. Lalu jadi sempat memaknai
mereka semua bukan sebagai kelebatan pandangan semata.
Di titik pemberhentian
mungkin juga kita menyadari bahwa selama ini berlari pada arah yang salah
sehingga harus putar arah dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Di titik itu,
mungkin kita tahu bahwa ada komitmen yang harus diperbaharui, ada komitmen yang
baru sama sekali, atau ada juga yang harus ditinggalkan karena tak sejalan
dengan tujuan.
Kadang hidup bukan saja soal
lari, lari, dan terus berlari. Kadang juga cukup dengan berjalan, sembari
menikmati pemandangan, menyapa orang-orang di sekitar –siapa tahu ada di antara
mereka merupakan jodohmu – dan mengatur kembali ritme lari. Kadang perlu mampir
sebentar ke warung dawet menghapus dahaga. Kadang kita memang perlu berhenti.
Agar jadi sempat untuk berpikir dan evaluasi.
Kita sendiri yang menetukan
ritmenya, kadang Tuhan membantu dengan perhitungan dan takdirNya yang sempurna.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkenan membaca hingga sini. Silakan tinggalkan komentar :)