Langsung ke konten utama

Aku Cinta Indonesia


..."Marilah kita orang-orang Eropa yang puas pada diri kita sendiri menginsafi betul bahwa kita tidak hanya dapat membawa Beethoven, tetapi juga Brigitte Bardot, tidak hanya Shakespeare, tapi juga film gangster (bandit), tidak hanya penisilin, tapi juga senjata api, tidak hanya susu, tapi juga wiski, tidak hanya literatur mulia, tapi juga pornografi paling kotor...."

Petikan di atas merupakan bagian dari sejarah kecil yang ditulis Rosihan Anwar mengutip kata Tjalie, seorang Eropa. Keduanya tengah nonton layar tancep porno ketika ia mengucapkan hal tersebut. Lalu, mengapa saya mengutipnya? Karena saya jadi belajar, oh iya ya, budaya Eropa yang gilang gemilang, yang punya demokrasi mapan dengan jaring keamanan sosial yang bagus dan ilmuwan-ilmuwan hebat, bukan hal yang sempurna. Mereka toh adalah orang-orang yang berteriak soal penegakan HAM namun paling gencar melakukan invasi. Mereka kampanye  soal kesejahteraan tapi negara-negara semacam Indonesia tak pernah dibiarkannya merdeka secara ekonomi. Uhh, jadi mereka juga penuh bopeng. Lalu saya jadi berpikir lagi, berarti tidak semestinya kita begitu tergila-gila dengan Eropa, Amerika, atau sekarang Korea sampai-sampai menjadi asing dengan bangsa sendiri.

Saya sih menduga kita suka mencotek karena kita tidak PD atau percaya diri dengan apa yang kita punya, atau kita sebenarnya sangat ahistoris dengan bangsa sendiri karena sejak sekolah sudah benci dengan pelajaran sejarah yang katanya usang, atau kita terlalu lama dijajah sehingga kita tidak tahu bagaimana aslinya bangsa ini ditambah budaya literasi yang rendah. Andai kita lebih kenal akan kayanya bangsa ini, mungkin tak perlu lagi menoleh kanan-kiri untuk mencontek.

Kalau tulisan ini diperpanjang kita bisa cerita soal sistem ekonomi, politik, pemerintahan, mungkin hukum. Akhirnya, saya cuma mau bilang, janganlah begitu tergila-gila dengan bangsa lain sampai segala-galanya dicontek. Coba lihat, kenali bangsa sendiri salah satunya lewat sejarah. Biar pikiran kita lebih kaya. Ubahlah mindset yang bilang sejarah itu usang, kadang sejarah itu berulang dan mestinya hanya keledai yang mau jatuh di lubang yang sama.

I’m proud to be Indonesian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas ...

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau ...

Stand Up Comedy: Menertawakan Diri Sendiri*

Ia anak rumahan. Meski aktif di sebuah unit kegiatan mahasiswa, perputaran kehidupannya memang lebih banyak di rumah. Dari umur empat puluh hari hinggga kini lebih dari 20 tahun, ia tinggal di rumah. Di dalam rumah, tak ada banyak identitas yang bisa ditemui. Ditambah lagi, ia tinggal di desa yang punya komposisi nyaris homogen, semua penduduknya Islam dan Jawa. Kampus hanyalah tempat singgah apalagi belakangan UGM lebih banyak didominasi mahasiswa Pulau Jawa. Di kelasnya, hampir separuh mahasiswa, adalah penduduk DIY dan Jateng. Media, bagaimana pun adalah arena kontestasi, termasuk di dalamnya mempertentangkan identitas sebagai bagian dari kekuasaan. Di televisi, olok-olok pada mereka yang punya logat kental Ngapak dimulai, juga pada mereka yang Madura, Batak, dan stigmatisasi pada mereka yang berkulit gelap dari belahan Indonesia Timur. Termasuk stigmatisasi pada para difabel. Suatu malam, yang saya lupa tepatnya, dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji seorang pemeran denga...