Langsung ke konten utama

Dialog Dini Hari #1




Are you free?”

No, I’m expensive.

Shit. You know that’s not what I mean.”

“Hahaha. Iya selo kok, udah pulang kerja, udah mandi, udah makan.”

Good. Aku mau cerita boleh?”

“Boleh dong, ngapain tanya dulu. Kayak biasanya aja sih.”

“Hahaha. Hmmm, aku kok merasa aku dikerubungi dementor gitu, rasanya hopeless dan negatif terus. Perasaan nggak berguna yang sudah setahunan ini menggangguku rasanya nggak hilang-hilang. Aku udah coba berbagai cara kayaknya. Take my time, take a break, paused my life. Sampai akhirnya aku sadar kalau untuk menghasilkan patronus corporeal, aku harus punya ingatan menyenangkan yang kuat, membiarkannya memenuhi diriku dan say the spell ‘Expecto patronum!’ tapi nggak tau kenapa rasanya susah sekali mengingat satu saja kenangan manis yang kuat di tengah-tengah dementor ini. So, I’m just wondering if you can help me, be Remus Lupin for Harry Potter.”

“Nggak ah. Aku mau jadi Dumbledore aja ‘happiness can be found. Even in the darkest of times, if only remembers to turn on the light’. Jika, hatimu adalah rumah, kamu yang paling apal di mana letak saklar untuk menyalakan lampu yang paling terang. Aku akan jadi tamu yang nggak sopan kalau masuk-masuk ke rumah orang dan nyari-nyari saklar untuk menyalakan. Dan yang dilakukan Remus Lupin hanyalah memberi tahu Harry apa yang mesti dia lakukan, mantra apa yang bisa mengusir dementor. Harry sendiri yang menyalakan saklar kebahagiannya, mengangkat tongkat dan menyebutkan mantranya.”

“Hmm, aku bahkan mulai ragu, apakah aku punya satu aja kenangan manis yang cukup kuat.”

“Aih. Jangan gitu dong. Pasti ada. Do you need some kind words?”

“Aku perlu diyakinkan aja sih, kalau aku pernah berguna.”

“Kamu ingat, waktu aku tanya stasiun apa yang banyak relnya dan belum terpakai lalu kamu waktu itu belum bisa jawab karena lupa dan berjanji jika dalam perjalanan pulang ke Jogja nemu itu stasiun kamu akan whatsapp aku. Dan hari itu kamu bilang ‘Stasiun Cipinang’ di whatsapp, segitu manis dan perhatiannya kamu. Berkat itu aku berusaha ingat detail-detail kecil yang bisa menyenangkan orang-orang di sekitarku. Karena yang kecil itu sering terlupakan, hanya orang-orang tertentu yang beneran perhatian yang akan ingat. That’s sweet.”

Thank you for those kind words. I’ll try to produce that patronus corporeal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seleksi Asisten Editor Kompas-Gramedia: Tahap I

Selesai seleksi di Bisnis Indonesia, aku pulang ke Jogja hari Selasa keesokan harinya. Lagi-lagi, aku nebeng untuk pulang. Jadi, aku pulang ke Jogja motoran. Sudah agak lama nggak menempuh Jogja-Ungaran motoran, lumayan pegel juga ternyata. Apalagi sehari sebelumnya cukup ngos-ngosan juga, motoran Semarang-Ungaran bolak-balik, liputan, menulis 4 tulisan dalam waktu nggak sampai 3 jam. Ditambah lagi, perjalanan Ungaran-Jogja selama 3 jam di atas motor. Semua itu cukup membuatku lelah dan langsung tidur sesampainya di Jogja. Bangun dari tidur ada sms dari HotNews. Yang kuabaikan, halah paling sms gaje gosip artis dari indosat. Pas ngecek email ternyata ada panggilan psikotes dan tes bidang dari Kompas-Gramedia untuk posisi asisten editor. HotNews itu ternyata dari KPG memberitahukan panggilan peikotes dan tes bidang. Terus terang aku kaget tapi seneng. Kaget karena tes akan diselenggarakan hari Kamis, tanggal 10 Agustus jam 8.00 di Jakarta. Kaget karena ada banyak berkas

[Travel] Berburu Senja di Anyer

Perjalanan ke Anyer dari Jakarta bisa dikatakan perjalanan jauh. Apalagi jika naik kendaraan umum, seperti kami. Bagiku, piknik ke Anyer ini adalah piknik paling simpel, paling tanpa fafifu langsung berangkat.  Dari atas Pantai Karang Bolong Kami berangkat Sabtu pagi, dari Jakarta, naik KRL dari stasiun Tanahabang hingga Rangkasbitung seharga 8000 rupiah. Beberapa blog bercerita kalau ada kereta lokal Tanahabang-Merak namun menurut petugas di Stasiun Tanahabang sudah tidak ada KA Lokal tersebut. Perjalanan Stasiun Tanahabang-Rangkasbitung sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung, lanjut KA Lokal Rangkasbitung-Merak, harga tiketnya 3000 rupiah saja. Nah, untuk ke Anyer, paling enak turun di stasiun kecil bernama Krenceng. Perjalanan Rangkasbitung-Krenceng juga sekitar 2 jam. Jadwal keretanya silakan googling saja. Angkot silver Krenceng-Labuan PP Sesampainya di Stasiun Krenceng, keluar lalu naik angkot silver tujuan Labuan. Pantai-pantai di Anyer bisa dijangkau deng

Angka-angka dan pencapaian

Photo by Kiki Siepel on Unsplash Ide tulisan ini awalnya terinspirasi dari Mbak Puty dan postingan Ko Edward .   Membaca kedua tulisan itu, membuatku berefleksi pada hubunganku dan angka-angka serta pencapaian.   Aku, jujur aja takut sekali dengan parameter kesuksesan berupa angka. Si anak marketing yang takut melihat target angka. Sebuah ironi yang tidak pada tempatnya.   Hal itu bukan hanya target terkait pekerjaan namun juga terkait dengan kehidupan personal. Aku takut melihat angka di timbangan, tidak pernah berani mematok ingin memiliki berapa banyak penghasilan, tidak berani menarget angka yang terlalu besar untuk tabungan, tidak berani mematok target tanggal pernikahan meskipun membaca banyak testimoni yang bilang sukses menerapkan strategi ini ahahaha (iya, menikah masih jadi salah satu hal dalam bucket list -ku). Dan daftarnya bisa kuteruskan panjang sekali tapi nggak perlu, karena too much information dan akan jadi kalimat yang terlalu panjang.   Tapi hidup